haai! welcome to my blog. semoga isinya bermanfaat :)

Kamis, 21 Juli 2011

ANALISIS FEMINISME الأجنحة المتكسرةِ (في الباب بخيرة النّار )

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah
Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta dengan akar kata sas yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi ; dan kata tra yang berarti alat atau sarana. Kata sastra dikombinasikan dengan kata su yang berarti baik, Jadi secara leksikal susastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Teeuw dalam Ratna, 2005 : 4).
Filsuf Horatius mengungkapkan bahwa sebuah karya sastra haruslah dulce, utile, prodesse et delectare (indah, berguna, manfaat, dan nikmat). Oleh karena itu sastra dikaitkan dengan estetika atau keindahan. Selain pada isinya, lokus keindahan sastra terletak pada bahasa. Dalam sebuah karya sastra, bahasa yang dipakai terasa berbeda dengan bahasa sehari-hari, karena telah disusun, dikombinasikan, mengalami deotomisasi dan defamiliarisasi ; karena adanya kata-kata yang aneh, berbeda, atau asing (ostranenie) ; juga karena adanya kebebasan penyair untuk menggunakan atau bahkan “mempermainkan” bahasa (licentia poetica). Bahasa dalam sastra dikenal
penuh dengan ambiguitas dan homonim, serta kategori-kategori yang tidak beraturan dan irrasional. Bahasa sastra juga penuh dengan asosiasi, mengacu pada ungkapan atau karya yang diciptakan sebelumnya. Dalam bahasa sastra sangat dipentingkan tanda, simbolisme, dan suara dari kata-kata. Bahasa sastra bersifat konotatif dan refensial serta memiliki fungsi ekspresif untuk menunjukkan nada dan sikap pembicara atau penulisnya. Bahasa sastra berusaha mempengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca (Welleck & Warren, 1990 : 15). Karya sastra merupakan rekonstrusi yang harus dipahami dengan memanfaatkan mediasi. Karya sastra membangun dunia melalui energi kata-kata.
Saat ini teori yang dianggap paling kuat untuk menganalisis hubungan antara sastra dan kebudayaan adalah teori postrukturalisme. Teori ini memberikan warna baru yang lebih kompleks bagi kajian sastra. Paradigma postrukturalisme memberikan perhatian kepada pembaca dengan konsepnya tentang kematian pengarang. Karya sastra dianggap memiliki ruang-ruang kosong, tempat para pembaca memberikan penafsirannya. Karya sastra menjadi berisi, setelah ruang kosong tersebut diisi oleh penafsiran pembaca. Semakin banyak ruang kosong tersebut, maka semakin banyak kesempatan pembaca untuk berdialog dengan penulis. Makna suatu karya sastra dapat berubah-ubah tergantung pada pembacanya. Setiap pembaca dapat memberikan penafsiran yang berbeda-beda. Di sinilah letaknya kekayaan makna suatu karya sastra. Karya sastra pun dikatakan bersifat terbuka, karena tema, latar, tokoh, plot, dan keseluruhan penafsiran merupakan sistem yang terbuka, berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pembaca. Setiap aktivitas pemahaman melahirkan makna yang baru sebab tidak ada wacana yang pertama maupun terkahir, setiap wacana merayakan kelahirannya (Todorov dalam Ratna, 2005 : 145).
Sumbangan terpenting postrukturalisme terhadap kebudayaan adalah pergeseran paradigma dari pusat ke pinggiran. Studi kultural kemudian diarahkan pada kompetensi masyarakat tertentu, masyarakat yang terlupakan, masyarakat yang terpinggirkan, masyarakat marjinal. Teori sastra feminis, yaitu teori yang berhubungan dengan gerakan perempuan,adalah salah satu aliran yang banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan studi kultural. Sastra feminis berakar dari pemahaman mengenai inferioritas perempuan. Konsep kunci feminis adalah kesetaraan antara martabat perempuan dan laki-laki. Teori feminis muncul seiring dengan bangkitnya kesadaran bahwa sebagai manusia, perempuan juga selayaknya memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. John Stuart Mill dan Harriet Taylor menyatakan bahwa untuk memaksimalkan kegunaan yang total (kebahagiaan / kenikmatan) adalah dengan membiarkan setiap individu mengejar apa yang mereka inginkan, selama mereka tidak saling membatasi atau menghalangi di dalam proses pencapaian tersebut. Mill dan Taylor yakin bahwa jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual atau keadilan gender, maka masyarakat harus memberi perempuan hak politik dan kesempatan, serta pendidikan yang sama dengan yang dinikmati oleh laki-laki (Tong, 1998 : 23).
Teori feminisme menfokuskan diri pada pentingnya kesadaran mengenai persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua bidang. Teori ini berkembang sebagai reaksi dari fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu adanya konflik kelas, konflik ras, dan, terutama, karena adanya konflik gender. Feminisme mencoba untuk mendekonstruksi sistem yang menimbulkan kelompok yang mendominasi dan didominasi, serta sistem hegemoni di mana kelompok subordinat terpaksa harus menerima nilai-nilai yang ditetapkan oleh kelompok yang berkuasa. Feminisme mencoba untuk menghilangkan pertentangan antara kelompok yang lemah dengan kelompok yang dianggap lebih kuat. Lebih jauh lagi, feminisme menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki (Ratna, 2004 : 186).
Dalam makalah ini diambil novel “Sayap-Sayap Patah” yang merupakan salah satu karya dari banyaknya karya yang ditulis oleh seorang pengarang terkenal, yaitu Kahlil Gibran. Judul asli novel ini yaitu الأجنحة المتكسرة dan diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi “The Broken Wings”, lalu diterjemahkan oleh Drs. Arvin Saputra dalam bahasa Indonesia menjadi “Sayap-Sayap Patah”. Novel ini terdiri dari 134 halaman. Dalam novel sayap-sayap patah, peran selma sebagai seorang wanita yang tidak bisa menolak kehendak orang tua kiranya menarik untuk dianalisis dalam bentuk analisis feminisme, mengingat analisis feminisme adalah analisis yang menyoroti perlakuan masyarakat terhadap wanita.

1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimanakah analisis struktural dalam novel sayap-sayap patah karya Khalil Gibran?
1.2.2 Bagaimanakah analisis feminisme dalam novel sayap-sayap patah karya Khalil Gibran?

1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui analisis struktural dalam novel sayap-sayap patah karya Khalil Gibran
1.3.2 Untuk mengetahui analisis feminisme dalam novel sayap-sayap patah karya Khalil Gibran?



PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis
Novel sayap-sayap patah karya khalil gibran menceritakan bagaimana perasaan hati seorang pria yang senantia menjaga amanah dari ayah teman wanitanya, yang ingin ia selalu menjaga anak perempuannya meskipun cintanya harus dipendam karena wanita itu menikah dengan pria lain. Kisah ini menceritakan seorang tokoh Aku ( Kahlil Gibran) yang sedang jatuh cinta. Diawali dengan kunjungannya kerumah Faris Effandy yang terletak ditengah kebun yang indah di dekat hutan ek. Faris Effandy merupakan teman dari ayah Kahlil Gibran, dia adalah sosok yang ramah dan penyanyang. Faris Effandy sangat senang dengan kedatangan Kahlil Gibran, banyak sekali pertanyaan yang dia lontarkan mengenai kehidupan sang penyair dan begitu juga dengan Kahlil Gibran yang antusias mendengarkan kisah hidup Faris Effandy. Ditengah pembicaraan mereka muncullah seorang gadis yang bernama Selma, dia adalah putri dari Faris Effandy. Dia adalah seorang gadis yang cantik, pendiam, dan sentimental.
Kemudian Faris Effendy mengenalkan Kahlil Gibran dengan Selma, tiba-tiba terbesitlah sebuah perasaan aneh yang menusuk hatinya,dan dia sangat kagum akan sosok dan sifat yang ada pada diri Selma. Dia bingung dengan peraaannya,dan dia tidak tahu perasaan yang sedang melanda dirinya, setelah perbincangan yang singkat dengan Selma, ayah Selma menyuruh kahlil untuk sering berkunjung kerumahnya dan agar dia menganggap Faris dan Selma seperti keluarganya sendiri.
Keindahan malam itu berubah ketika pada suatu hari Faris Effandy mengatakan bahwa Selma akan dinikahkan dengan kemenakan Uskup Bulos, Mansour Bey Galib. Tokoh aku memberi Selma semangat meskipun hati nya terasa hancur karena putusan itu hadir disaat cintanya mulai tumbuh “Mari, Selma, mari kita menjadi menara yang kuat di tengah prahara. Mari kita berdiri seperti prajurit gagah berani dihadapan musuh dan menghadapi senjatanya. Jika kita terbunuh, kita akan mati sebagai orang suci, dan jika kita menang, kita akan hidup sebagai pahlawan. Menghadapi halangan dan kesulitan lebih mulia daripada mundur mencari ketenangan. “ ........... Namun semua harus berjalan sesuai takdir yang telah dituliskan, Selma harus menikah dengan dan Mansour Bey. Sisi ketegangan tetap terjadi dikala Selma tetap menemui sang kekasih secara diam – diam. Bahkan Uskup Bulos memerintahkan kepada semua pelayan dan pengawalnya untuk memperhatikan gerak – gerik Selma. Meskipun cinta diantara mereka sangat besar, Selma tetap memilih mengakhiri pertemuan sembunyi – sembunyinya dengan ciuman mesra yang pertama dan terkahir, karena dia tidak ingin sang kekasih merasakan derita yang dia alami. Bertahan dikehampaan cinta sang kekasih, Selma berusaha menjadi istri yang baik. Karena setiap hari Mansour selalu menanyakan kapan Selma dapat memberinya keturunan, meskipun dia sendiri selalu sibuk dengan wanita – wanita yang menjual tubuhnya hanya untuk sepotong roti. Doa yang tak pernah putus selalu memberikan berita yang baik. Selma hamil, meskipun ketika melahirkan dia harus berjuang antara hidup dan mati. Burung dengan sayap – sayap yang patah tak selamanya mampu bertahan dan akhirnya Selma harus menghadap Sang Pencipta setelah dia melahirkan bayi laki – laki yang usianya hanya sebatas sinar matahari pagi. Semua pengantar jenazah telah pergi, ketika tokoh aku bertanya kepada si penggali kubur “apakah anda ingat dimana Farris Effandi dimakamkan ? “ Dia memandang tokoh aku sambil berkata ….”Disini, aku menempatkan anak perempuan diatasnya dan didada anak perempuan ini beristirahat anaknya…. …..”
2.2 Analisis Struktural
• Tema: kisah cinta pertama yang dipisahkan oleh takdir
• Tokoh dan Penokohan:
 kahlil gibran:
- semangat, penuh ambisi,
فكنت أجيبه بتلك اللهجة المفعمة بنغمة الأحلام والأماني
“aku menjawabnya, suaraku penuh dengan ambisi dan semangat.”
- suka berfantasi dan berkhayal
أم هي سكرة الشبيبة التي تجعلنا نتخيل رسوما وأشباحا لا حقيقة لها ؟
ataukah aku dimabukkan oleh anggur masa muda yang membuatku berfantasi tentang sesuatu yang pernah ada.
- antusias.
وأنا أترنم أمامه بأغاني شبيبتي فأطربه
aku mendengarkan dan merespon dengan antusiasme.
 farris effandi: ramah, penyayang, bersahabat dengan anak-anaknya.

فهش متأهلا وقادني مترحبا إلى داخل الدار. ونظير والد مشتاق أجلسني بقؤبه يحدثني مستفسرا عن ماضي
farris efendy datang untuk menyambutku, ia menggiringku masuk ke dalam rumahnya dengan hangat dan duduk di dekatku.
 Selma:
-sentimental
(إن سلمى روحية الأميال والمذاهب، فهي ترى جميع الأشياء سابحة في عالم النفس)
selma adalah orang yang sangat sentimental.ia melihat semua melalui mata jiwa

-cantik
فجعلني التفاهم أن أراها أجمل امرأة أمام الشمس
dan apakah pertemuan itu membuatku melihat dia sebagai wanita paling cantik di bawah matahari.
Setting:
Tempat:
• Rumah farris affandi
دقيقة وقفت المركبة أمام منزل منفرد
dalam beberapa menit kereta kuda berhenti di depan rumah terpencil
• Kebun
ما سرت بضع خطوات في تلك الحديقة حتى ظهر فارس كرامة في باب المنزل خارجا للقائي
saat aku turun dan memasuki kebun yang luas itu, aku melihat farris effendy datang untukmenyambutku.
• Dekat jendela
وسلمى جالسة بقرب تلك النافذة
Selma duduk di dekat jendela.
Waktu:
• Senja
وغابت الشمس تاركة خيال قبلة صفراء على قمم لبنان المتعالية قبالة ذلك المنزل
“dan aku dapat melihat melalui jendela ciuman kuning matahari tenggelam di gunung-gunung Lebanon”.
Alur:
• Maju:
 Perkenalan: diawali saat kahlil gibran berkunjung ke rumah faris effandi dan dia dikenalkan dengan selma yaitu putri dari faris effandi.
 konflik batin: kahlil gibran merasakan perasaan yang aneh(cinta) yang masih terpendam terhadap selma.
 Penyelesaian: faris effandi menyuruh gibran untuk sering berkunjung ke rumahnya serta agar dia menganggap faris dan selma sebagai keluarga sendiri.
Selain itu alur cerita dalam novel Sayap-Sayap Patah terdiri dari 5 tahap yaitu tahap eksposisi atau perkenalan, penampilan masalah dan klimaks (peristiwa memuncak), ketengangan menurun, dan penyelesaian, penjelasanya sebagai berikut:
1. Tahap perkenalan (eksposisi)
Yaitu waktu Kahlil berada di Beirut di musim semi berkenalan dengan Faris Afandi ia memiliki putri bernama Selma Karamy yang cantik dan sangat mentaatinya, tetapi ada seorang pria yang jahat yaitu uskup seorang pendeta yang ingin menguasai harta Faris dengan cara menikahkan keponakannya yaitu Mansour Bey Galib dengan Selma.
2. Tahap Penampilan masalah
Kisah cinta Kahlil dan Selma tidak berlangsung lama karena Selma dijodohkan dengan keponakan uskup Bulos yang jahat. Meskipun Selma tidak ingin menerima perjodohan ini, akan tetapi Selma harus menerimanya karena baktinya begitu besar kepada ayahnya.
3. Tahap peristiwa memuncak (klimaks)
Selma menikah dengan Mansour pemuda yang tidak ia cintai, Kahlil dan Faris Effandy sangat sedih karena wanita yang sangat mereka sayangi akan meninggalkan mereka. Sampai akhirnya Faris Effandy (ayah Selma) meninggal dunia, Selma dan Kahlil pun semakin dalam dukannya.
4. Tahap ketegangan menurun
Kahlil dan Selma sering bertemu secara diam-diam disebuah kuil tua yang sangat kuno, disini lah mereka saling menumpahkan kesedihan, kerinduan dan perasaan mereka.



5. Tahap penyelesaian
Selma tidak lagi menemui Kahlil karena pendeta uskup sudah mengetahui hal itu, Selma tidak mau kekasihnya dibunuh oleh uskup dan Mansour. Lima tahun kemudian Selma meninggal dunia diwaktu melahirkan anak pertamanya, Selma pergi meninggalkan kehidupannya yang kejam. Kahlil pun ambruk dan menangis dimakam Selma dan merasakan disinilah hatinya juga terkubur.
2.2 Analisis feminisme
• Woman as reader
Dalam novel sayap-sayap patah, citra wanita yang ditampilkan adalah wanita sebagai sosok yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

البشرة التي كانت با الامس مثل ثنايا الزّنبقة البيضاء الفرحة بقبلات الشمس قد اصفرّت وذبلت
وتبرقعت بنقاب القنوط. رأيت الشّفتين اللّتين كانتا كزهرة أقاح. تسيل عليها الحلاوة قد يبستا وصارتا كوردتين مرتجفتين، أبقاهما الخريف على طرف الغصن. رأيت العنق الّذي كان مرفوعا كعمود العاج قد انحنى إلى الأمام، كأنّه لم يعد قادرا على حمل مايجول في تلافيف الرّأس.
(Wajahnya yang kemarin serupa teratai putih membentang menyambut kecupan matahari, kini pudar dan pucat. Bibirnya yang semula laksana sekuntum bunga aster, kini bagai setangkai mawar di musim gugur. Leher yang dulu bagai tiang gading, sekarang lunglai sekan-akan tak lagi mampu menyangga beban dukacita).

ورفعت سلمى إذاك رأسها نحو السّماء المزيّنة با الكواكب، ومدّت يديها إلى الأمام، وكبرت عيناها، وارتجفت شفاته، وظهر على وجههاالمصفرّكلّ ما في نفس المرأة المظلومة من الشّقوى والقنوط والألم.
(Salma mengangkat wajahnya ke langit dan melihat bintang gemintang yang menerangi angkasa. Dia merentangkan kedua tangannya, matanya terkuak, bibirnya bergetar. Aku dapat melihat tanda-tanda penderitaan, keputusasaan, dan kesedihan pada air mukanya yang pucat).

وسكتت سلمى وظلّت ملامحها تتكلّم، ثمّ أحنت رأسها وأرخت ذراعيها وانخفض هيكلها كأنّالقوى الحيويّة قد تركتها فبانت لناظري كغصن قصفتهه العاصفة وألقته إلى الحضيض ليجفّ ويندثر تحت أقدام الدّهر
(Salma diam menekur ke bawah, wajahnya pucat pasi, lengannya lunglai dan kepalanya menunduk. Bagiku, ia seperti dahan pohon dihantam badai, terhempas ke tanah lalu hancur).

Wanita hanya bisa memendam masalah dan peraasaanya dalam hati

غنّ قلب المرأة لا يتغيّر مع الزّمن، ولا يتحوّل مع الفصول. قلب المرأة ينازع طويلا ولكنّه لا يموت. قلب المرأة يشابه البريّة الّتي يتّخذها الإنسان ساحة لحروبه ومذابحه.
(Sesungguhnya hati seorang perempuan tak akan berubah karena musim dan waktu. Bahkan sekalipun dia harus mati berkali-kali, ia tidak akan pernah berubah. Hati seorang wanita ibarat ladang yang berubah menjadi medan pertempuran).

• Reading as woman
Perbedaan perlakuan terhadap wanita dan pria dalam novel ini terlihat nyata. Wanita tidak memiliki kebebasan. Dunia wanita dalam novel ini hanya terbatas pada tugas-tugass wanita dalam rumah tangga.

هكذا قبض القدر علي سلمى وقادها عبدة ذليلة في موكب النّساء الشّرقيات التّاعسات
(Demikianlah nasib telah membelenggu Salma dan menjadikannya seperti budak hina, sebagaimana nasib perempuan Timur yang menyedihkan).

كانت تمثّل –على غير معرفة منها- حياة المرأة الشّرقيّة التي لا تغادر منزل والدها المحبوب إلا لتضع عنقها تحت نير زوجها الخشن ولا تترك ذراعي أمها الرؤوف إلاّ لتعيش في عبودية والدة زوجها القاسية.
(Tanpa disadari, dia menjadi lambing wanita Timur yang tidak pernah meninggalkan rumah ayahnya tercinta, hingga lehernya tercekik oleh kehendak sang suami. Tidak pernah meninggalkan dekapan bundanya terkasih, sampai dia menjalani hidup sebagai budak dari ibu mertuanya yang kejam).

• Kritik moral
Wanita diperlakukan sebagai objek yang digunakan untuk memfasilitasi laki-laki.

اختارها المطران زوجة لابن أخيه، لا لجمال وجهها ونبالة روحها، بل لأنها غنيّة موسرة، تكفل بأموالها الطّائلةمستقبل منصور بك.
(Sang pendeta memilih Salma bukan karena kecantikan dan jiwanya yang bersih. Tetapi dengan menjadikan Salma sebagai istri kemenakannya, maka masa depan Manshur Bek akan terjamin dengan harta yang berlimpah).

وسلمى كرامة هي كا الكثيرات من بنات جنسها اللواتي يذهبن ضحيّة ثروة الوالد وأماني العريس. فلو لم يكن فارس كرامة رجلا اغنيّا لكنات سلمى اليوم حيّة تفرح مثلنا بنور الشّمس.
(Salma Karamy adalah salah seorang dari korban kekayaan orang tuanya dan nafsu lelaki. Jika tidak karena Faris Affandy adalah seorang hartawan, Salma pasti hidup bahagi, ia akan seperti matahari yang selalu bersinar).

أنا جارية أنزلني مال والدي إلى ساحة النّخا سين فابتاعني رجل من بين الرّجال.
(Kekayaan menempatkanku sebagai budak yang dijual di pasar dan orang ini membeliku dengan uangnya).

• Feminisme politis
Dalam novel ini sang pendeta menggunakan kekuasaanya untuk memaksa seorang ayah dan anak perempuannya.

وهب أن ذلكالشي×كان قادرا على مخالفة المطران بوليس واوقوف أمام مطامعه، فهل تكون سمعة ابنتهه في مأمن من الظّنون والتاويل، وهل يظل اسماها نقيّا من اوساخ الشّفاه والألسنة؟ أو ليست جميع العناقيد العالية حامضة في شرع بنات اوى
(Seandainya orang tua itu menentang dan menolak keinginan si pendeta, maka nama baik Selma akan jatuh. Ia akan selalu direndahkan oleh bibir dan lidah orang-orang yang kotor).

Wanita masih dikuasai peranan kejenisan yang menguasai pola pikiran dan tindakan wanita.

أنا لا أحب هذ الرجل لأنّني أجهله، وأنت تعلم أنّ المحبة والجهالة لا تلتقيان ولكنّني سوف أتعلّم محبّته. سوف أطيعه وأخدمه وأجعله سعيدا. سوف أهبه كل ما تقدر المرأة الضّعيفة أن تهب الرجل القوي.
(Sementara aku tidak pernah kenal lelaki ini apalagi mencintainya. Tapi aku akan belajar untuk mencintainya. Aku akan tunduk dan melayaninya, serta membuat dia bahagia. Aku akan memberikan seluruh yang dapat dilakukan wanita lemah kepada lelaki perkasa).


PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa wanita Timur pada masa Kahlil Gibran, sangat lemah dan tidak merdeka dalam arti sesungguhnya. Berbeda dengan wanita Timur pada masa kini yang sekarang lebih bebas meskipun tidak sebebas wanita di Indonesia masa kini, yang dengan bebas dapat menyampaikan pendapatnya, bebas menjadi yang di inginkan, dan bebas menolak apabila ada hal yang tidak sesuai dengan kepribadiannya. Meskipun demikian, tentunya kebebasan wanita tidak boleh melenceng dari kodrat sebagai seorang wanita dan disalah artikan.

3.2 Saran
Hendaknya lebih banyak penelitian yang mengkritisi novel atau cerpen yang melibatkan peran wanita mengguankan analisis feminisme/kritik feminism.



DAFTAR PUSTAKA

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Tong, Rosemarie Putnam. Feminist Thought : Pengantar paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro. Yogyakarta : Jalasutra, 1998.
Welleck, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan, terj. Melani Budianta. Jakarta : Gramedia, 1990.

welcome my new blog!!

hiaaaaaa ini dia lahir kembali blog ku (yang ketiga). semoga kali ini bisa lebih aktif dan gak lupa pasword. semua tulisan disini berasal dari tugas2 kuliah. semoga bermanfaat buat semuanya! ;p